



Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap dan aksi yang beragam dari masyarakat-dengan motor penggeraknya mahasiswa. Reaksi pertama yang muncul adalah munculnya unjuk rasa hampir di seantero penjuru negeri ini. Reaksi lain yang juga tidak kalah semarak adalah serbuan warga untuk membeli bbm di SPBU. Hal ini diyakini sebagai bentuk kepanikan dan ketidaksiapan masyarakat akan penerapan kebijakan baru.
Unjuk rasa tidak hanya terjadi di Jakarta, khususnya di depan Istana Negara dan Bunderan HI, tetapi juga di hampir seluruh kota. Di Jakarta, petugas kepolisian memasang kawat berduri untuk menghalangi arus mahasiswa yang mencoba menduduki Istana. Di Solo, mahasiswa punya car lain, yaitu mendorong sepeda motor dengan tulisan "bensin habis" di pelat motor.
Akan tetapi suara-suara tersebut nyaris tak terdengar oleh penguasa. Berdalih "penyelamatan" APBN pemerintah bergeming dengan menaikkan harga BBM per 23 Mei 2008. Apakah ini pertanda bahwa penguasa sudah tidak punya "telinga" untuk mendengar suar-suara rakyat? atau pemerintah sudah tidak punya "hati" sehingga tidak bisa berempati dengan penderitaan rakyat?
Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi PR penting bagi kita semua untuk menjawabnya. Jika memang jawabnya "Ya" pemerintah yang saat ini tidak memiliki telinga dan hati, maka jangan berharap mereka akan berkuasa lagi.
"Menolak Tunduk, Bangkit Melawan. Atau Mati Demi Kebenaran, Karena Mundur Adalah Pengkhianatan."
2 komentar:
Seperti kata Wiji Tukul,
Hanya ada satu kata:Lawan!
coba kenal an :
boleh share about all.
www.bumi28.wordpress.com
Posting Komentar