Rabu, 19 September 2007

Buka Puasa

Bubur India di Masjid Pekojan

Setiap daerah banyak yang memiliki tradisi unik dan menarik yang beda dengan daerah lain. Tak terkecuali masjid-masjid dalam memberikan hidangan menu berbuka puasa. Jika di Masjid Layur atau Masjid Menara di Jalan Layur Semarang, ada kopi Arab dan kurma untuk berbuka puasa maka di Masjid Jamik-masjid besar-Pekojan di Jalan Petolongan Semarang, setiap hari pada bulan Ramadhan selalu ada hidangan bubur India saat berbuka puasa. Tradisi ini menurut sejumlah sesepuh di masjid tersebut, telah berlangsung ratusan tahun lalu. Untuk memasak bubur diperlukan sekitar 12-15 kg beras setiap hari. Bubur tersebut kemudian di bagi ke dalam mangkok-mangkok yang berjumlah sekitar 200 porsi. Seiring perkembangan waktu, selain bubur, dihidangkan juga buah, kurma, air mineral, dan kopi atau susu. Biaya pembuatan menu tersebut didapat dari donatur yang siap memberikan bahan-bahan tersebut sebulan penuh. Kenapa disebut bubur India? Menurut cerita, kawasan Pekojan merupakan daerah yang banyak dihuni warga Indonesia keturunan India, Arab, dan Gujarat. Mereka merupakan pedagang yang juga menyiarkan Islam di bumi nusantara ini. Tidak salah apabila Masjid Pekojan merupakan satu dari empat masjid tertua yang ada di Semarang. Selain dinikmati oleh jamaah masjid, bubur India juga dinikmati pedagang, pekerja, dan tukang becak yang ada di sekitar masjid.

Jumat, 14 September 2007

Tradisi Sambut Ramadhan

Sejumlah penari membawakan Tari Warak pada pembukaan tradisi Dugderan di Halaman Balaikota Semarang, Rabu (12/9). Tradisi Dugderan diselenggarakan satu hari menjelang bulan Ramadhan.
Kata Dugder-an, berasal dari kata dug, suara bedug, dan der, suara meriam. Konon, sebagai pertanda puasa, suara bedug dan meriah bertalu-talu di Kota Semarang. Seiring dengan perkembangan zaman, Dugderan telah mengalami modifikasi dan perkembangan. Dugderan tidak hanya sekedar suara bedug dan meriam tapi telah menjadi tradisi budaya yang dilaksanakan setiap tahun.
Selain di Balaikota Semarang, gelaran budaya menyambut Ramadhan juga dilaksanakan di halaman Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, berupa Festival Warak Dugder 2007. Kegiatan tersebut diikuti 16 perserta perwakilan dari masing-masing kecamatan di Kota Semarang.




Budaya

Festival Lima Gunung VI
Kesenian tari lengger yang dibawakan 40-an bocah dan tari kuda lumping dari Dusun Krandegan memeriahkan hari pertama gelaran budaya Festival Lima Gunung ke-6 di lereng Gunung Sumbing di Dusun Krandegan, Keluarahan Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/9). Kegiatan yang diikuti kelompok kesenian dari lima gunung di Magelang, Gunung Merapi, Sumbing, Merbabu, Andong, dan Menoreh ini mendapat sambutan antusias dari warga.
Kegiatan selama dua hari ini juga dihadiri penyair si "burung merak" WS Rendra dan seniman Magelang, Sutanto Mendut. Fetival pada tahun ini mengambil tema "Matematika Manajemen Budaya Gunung." Selain ajang pesta budaya seniman lereng gunung acara ini juga menjadi sarana silaturahmi antarseniman. Pada ajang ini pula masing-masing kelompok kesenian saling menimba ilmu untuk kemajuan masing-masing kelompok.

Senin, 03 September 2007

Gerhana Bulan

"Bulan Ditelan Bumi"
Sebagain sekuen prosesi gerhana bulan total dilihat dari langit Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/8) malam. Permukaan bulan yang bersentuhan dengan kawasan penumbra bumi mengalami pengurangan cahaya matahari akibat terhalang bumi. Indah juga menyaksikan kuasa sang Pencipta. Tiada anugerah yang indah selain syukur atas segala nikmatnya. "Bersyukurlah, niscaya akan Aku tambah nikmat kepadamu-orang yang mau bersyukur." Pantaskah kemudian kita bersombong di hadapan-Nya. Padahal kita tidak ada apa-apanya dibanding dengan benda dan makhluk ciptaan lain-Nya. Tanda-tanda kekuasaan-Nya hanya untuk orang-orang yang berilmu.

Turun Gunung

Seniman Magelang Hibur Korban Gempa
Seratusan seniman gunung dari Kabupaten Magelang, tampil menghibur korban gempa di Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (2/9). Selain menghibur, kehadiran mereka juga untuk menularkan spirit berkesenian. Bagi masyarakat gunung di Magelang, berkesenian telah menjadi darah yang mengalir di urat nadi masing-masing warga. Setelah lelah bekerja, mencari tumput di gunung atau menggarap ladang, kesenian menjadi obat lelah.
Bagi kawan-kawan semua yang pingin melihat kembali aksi seniman gunung ini, bisa datang ke lereng Gunung Sumbing di Kabupaten Magelang untuk menyaksikan Festival Lima Gunung, 8-9 September 2007. Puluhan kelompok seni akan beradu kreativitas di tempat ini. Mulai dari topeng ireng lereng merbabu, topeng saujan dari gunung Andong, Gadung Mlati dari lereng Merepi, Rodad dari Sumbing, dan tak ketinggalan Soreng juga dari Sumbing.
 

Copyright 2007 ID Media Inc, All Right Reserved. Crafted by Nurudin Jauhari