Senin, 23 Juli 2007

Pendidikan

Protes Sistem Penerimaan Siswa Baru
Pengunjuk rasa peduli pendidikan yang tergabung dalam Koalisi Advokasi Pendidikan untuk Semua mendatangi DPRD Kota Semarang meminta transparansi penyelenggaraan pendidikan, Senin (23/7). Mereka juga mengecam dikeluarkannya kebijakan tentang perpanjangan penerimaan siswa di sekolah negeri sehingga banyak sekolah swasta yang kekurangan peserta didik baru.
Gimana sih pemerintah itu, ngatur pendidikan kok nggak pernah bener. Belum lagi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN/APBD belum terealisasikan, ee sekarang keluar kebijakan aga sekolah negeri bisa memperpanjang masa pendaftaran dan daya tampung. Akibat kebijakan ini banyak sekolah swasta yang nggak laku. Belum lagi ada kabar, kebijakan itu untuk mengakomodir kepentingan sebagian elit agar anaknya bisa sekolah negeri? Piye jal? Opo sekolahane dibubarke wae po?

Minggu, 22 Juli 2007

Profesi

Podo Rebutan Opo to Iki?
Namanya juga sudah menjadi pekerjaan, apapun resiko akan dilakukan untuk hasil terbaik. Seperti yang dilakukan sejumlah wartawan-kontributor-media televisi di Semarang, Minggu (22/7/2007). Mereka rela merebahkan diri di rumput lapang untuk mengambil sudut pandang yang paling bagus saat meliput pesawat airomodeling di Lapangan Tlogomulyo, Semarang.

Jumat, 20 Juli 2007

Perjuangan

Petani Pejuang, Pejuang Petani
Seolah tidak mau berpangku tangan dengan keadaan yang ada, petani di Dusun Talunkacang, Kelurahan Kandri, Gunungpati, Semarang, membuat kincir air untuk mengangkat air dari sungai ke areal sawah, Kamis (19/7). Dengan teknologi yang cukup sederhana tersebut petani tetap bisa menanam padi meski pada musim kemarau. Untuk membuat kincir air diperlukan biaya sekitar satu juta rupiah hasil iuran empat sampai lima petani.
Kadang kita menganggap remeh petani. Mereka sering dianggap sebagai manusia kelas dua, manusia yang tidak bependidikan, atau kasarnya manusia yang bodoh. Stigma itu seakan-akan berada di bawah alam sadar kita. Sehingga kadang kita meremehkannya. Tapi, di balik kesederhanaan dan kesahajaan petanilah kita bisa menikmati makanan setiap harinya. Nasi, sayur, dan makanan lain yang kita satap adalah hasil jerih payah petani. Kadang di balik sikap ikhlasnya menerima "kekejaman" penguasa dalam memarjinalkan-penyengsaraan sistemik dengan kebijakan yang memberatkan petani-mereka mereka memiliki kekuatan untuk tetap bertahan hidup. Akankah kita tetap menganggap mereka warga kelas dua? Maukah kita mencontoh sikap pasrah petani dengan tetap berjuang untuk tetap bertahan? Atau...............................kita menjadi petani aja, PETANI PEJUANG dan PEJUANG PETANI.

Kamis, 19 Juli 2007

Keajaiban Dunia

Posisi Borobudur Tetap Tak Akan Tergoyahkan
Jakarta, Kompas - Posisi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya dunia atau world culture heritages yang ditetapkan oleh UNESCO (Organisasi PBB untuk bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) tidak tergoyahkan.

"Sekali ditetapkan, maka status itu terus berlaku. Adapun pemungutan suara yang diadakan sebuah yayasan berbasis di Swiss terkait pemilihan tujuh keajaiban dunia versi baru tidak ada kaitannya dengan UNESCO," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman akhir pekan lalu.

Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini tengah berlangsung semacam kompetisi global untuk memilih tujuh keajaiban dunia versi baru yang melibatkan sekitar 20 juta orang di dunia. Mekanismenya dengan memasukkan pilihan mereka lewat internet dan telepon. Kampanye bertajuk "New 7 Wonders of the World" itu dimulai sejak tahun 1999 oleh seorang petualang asal Swiss, Bernard Weber, dengan sekitar 200 nomine yang masuk dari seluruh dunia. Ratusan nomine itu lalu diperas menjadi 21 finalis, di mana Borobudur tidak termasuk sebagai finalis.

Menurut Arief Rachman, setelah Borobudur ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, status itu tidak akan dicoret. "Bahkan, kalaupun Borobudur sampai runtuh dan hanya tersisa sebuah batu pun, candi itu tetap dianggap sebagai warisan dunia," ujarnya.

Selasa, 17 Juli 2007

Komunitas

Semarang Onthel Community
Tidak mau kalah dengan Yogyakarta yang memiliki paguyuban pecinta sepeda Jogja Onthel Community (JOC) maka di Semarang ada Semarang Onthel Community (SOC). Kedua komunitas ini sama-sama memiliki kecintaan pada sepeda onthel (kayuh, kereta angin) khususnya sepeda yang sudah tua, orang Jawa biasa menyeut sepeda kebo. Setiap hari Minggu, anggota SOC berkeliling Kota Semarang, menyusuri jalan-jalan protokol, seperti di Jalan Pemuda, Minggu (15/7). Tidak mau kalah dengan sepeda motor yang lebih modern, anggota komunitas ini tetap "pede" keliling kota dengan seragam kebanggan masing-masing. Ada yang memakai baju KORPRI ala Umar Bakri, ada yang mengenakan blangkon ala abdi dalem keraton, atau ada juga yang mengenakan kaos oblong biasa. Keberadaan komunitas dengan anggota lebih kurang 50 orang ini salah satunya karena kecintaan pada sepeda sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan.

Senin, 16 Juli 2007

Pendidikan

Masa Orientasi Siswa
Mengenakan topi warna-warni dari kertas siswa baru SMP Negeri 6 Semarang mengikuti masa orientasi siswa (MOS) di lingkungan sekolah, Senin (16/7). MOS sebagai salah satu sarana pengenalan siswa baru terhadap sekolah ini akan berlangsung selama tiga hari. Selain mengenal tentang kurikulum dan sistem pelajaran, mereka diharuskan mengenal guru mereka, dengan meminta tanda tangan.

Jumat, 13 Juli 2007

Dunia Anak

Festival Anak Sholeh
Peserta Festival Anak Sholeh Indonesia III tingkat Jawa Tengah mengikuti pawai taaruf yang dimulai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Jawa Tengah, Jumat (13/7). Kegiatan yang diikuti anak-anak se Jawa Tengah tersebut menjadi ajang seleksi untuk mewakili Jawa Tengah pada festival anak sholeh tingkat nasional. Festival yang mempertemukan anak-anak dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah ini akan berlangsung hingga 15 Juli mendatang. Di Jawa Tengah setidaknya ada 18 ribu Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). Oleh karena acara ini juga menjadi ajang bagi anak-anak saling berkumpul dan bersilaturahmi untuk menimpa ilmu dan pengalaman serta menjalin persaudaraan.
Liputan acara ini membuat aku teringat waktu kecilku, khususnya saat SD-SMP. Di tempat itulah aku belajar bersosialisasi dan tentunya tempat aku mengenal ajaran-Nya. Jadi pingin kembali bermain seperti anak-anak ini, he he he he........

Kamis, 12 Juli 2007

Bencana Lagi

Ancaman Kekeringan
Bencana dan musibah ternyata masih akrab dengan kita, masyarakat Indonesia. Ironis memang, bencana yang selalu terjadi tersebut seakan tidak diambil hikmah dan pelajaran, sehingga selalu terulang. Kekeringan, antre air bersih, padi puso, akhir-akhir ini menghiasi pemberitaan di hampir semua media massa, baik elektronik maupun cetak. Tetapi pemerintah seakan tidak belajar dari pengalaman masa lalu untuk mencari pemecahannya. Kejadian seperti warga Dusun Kalialang Baru RT 03 RW 7 Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Semarang, yang rela antre berjam-jam untuk mendapatkan air bersih yang dialirkan dari Sendang Gayam, Kamis (12/7) berlangsung setipa tahun. Kenapa semua ini terus terjadi? Tidakkan kita belajar dari kejadian masa lalu? ahh.... dasar manusiaaa.... biasanya memang mengeluh....? TAPI DIMANA PERAN PEMERINTAH????? PEMERINTAHHHH AYO BANGUNNNN, LIAT WARGAMU YANG SUSAHHH...........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Rabu, 11 Juli 2007

Pendidikan

Perjuangan Guru
Pemerintah kita itu memang tidak jelas. Bagaimana tidak, amanat UUD dasar untuk mengalokasikan dana pendidikan 20 persen dari APBN belum juga terealisasikan. Apakah ini bisa dikatakan pmerintah melanggar konstitusi? Jika tidak, maka sudah layak jika pemerintah yang sekarang berkuasa itu tidak lagi sah memimpin negara ini, apalagi dipilih untuk pemilu yang akan datang. Keprihatinan atas masalah inilah yang coba disikapi guru yang tergabung dalam PGRI, Persatuan Guru Republik Indonesia. Mereka yang tergabung dalam Tim Penyampai Aspirasi PGRI Jawa Tengah berorasi di depan Gedung PGRI Jawa Tengah di Semarang, sebelum berangkat ke Jakarta, Rabu (11/7). Keberangkatan mereka ke Jakarta, beserta 2.165 guru lainnya, salah satunya menuntut realisasi anggaran pendidikan 20 persen.

Selasa, 10 Juli 2007

Inspirasi

Harusnya Kita Malu
Meski memiliki keterbatasan sebanyak 30 tunanetra begitu bersemangat untuk mempelajari Al Quran Braile di Gor Manunggal Jati, Semarang, Selasa (10/7/2007). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Jawa Tengah tersebut untuk memfasilitasi dan memberi bekal peserta agar bisa lancar membaca Al Quran dan nantinya bisa mengajarkannya kepada tunanetra lainnya. Namun semangat mereka sedikit banyak terkendala dengan harga Al Quran Braile yang lumayan mahal, antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta tiap set, 30 juz.
Pertanyaannya bagi kita semua-yang diberi kelebihan oleh Sang Pencipta-apakah kita punya semangat yang kuat seperti mereka untuk mempelajari firman-Nya? Harusnya malu jika kita yang "awas" ini tidak bisa membaca Al Quran dan kita tidak mau mempelajarinya.

Senin, 09 Juli 2007

Pesona Borobudur

Bukan 7 Keajaiban Dunia Lagi
Meski sudah tidak masuk dalam 7 keajaiban dunia, pesona Borobudur tetap terpacar. Kita hanya bisa berharap agar status Borobudur yang baru tidak membuat wisatawan-baik asing maupun domestik-tidak meninggalkannya. Karena pesonanya itu, Borobudur telah memberi penghidupan bagi jutaan manusia di sekitarnya. Dari tukang parkir, pedagang asongan, restribusi yang masuk kas pemerintah, hingga fotografer yang tidak bosan mengabadikanya. Bagi anda yang ingin mengungkapkan uneg-uneg mengengai status baru Borobudur silakan tulis di kolom komentar di bawah ini :).

Jumat, 06 Juli 2007

Apresiasi Seni

Festival Seni Rakyat Gebyok


























Warga Dukuh Gebyok Kelurahan Ngijo dan Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati, Semarang, menggelar Festival Seni Rakyat Gebyok, Jumat (6/7). Festival seni dengan tajuk Marung Seni Nyawuk Kali di Gebyok ini juga dimaksudkan untuk menggugah kesadaran warga akan pentingnya menjaga lingkungan. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 8 Juli ini juga sebagai peringatan Hari Lingkungan Hidup. Acara ini dirancang untuk melibatkan semua warga, terutama remaja dan anak-anak dan sebagai upaya nyata menggali potensi kemampuan berkreasi.

Minggu, 01 Juli 2007

Budaya Jawa

Ulang Tahun Ngesti Pandowo
"Selamat ulang tahun ke-70 Wayang Orang Ngesti Pandowo. Semoga tetap eksis dan bisa menjadi acuan bagi pelestarian budaya Jawa yang luhur dan adiluhunung ini." -red penulis-
Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-70 pada 1 Juli ini, kelompok Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo Semarang menggelar pertunjukan di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang, Sabtu (30/6/2007) malam. Lakon yang dibawakan Pandowo Timbul. Selain personil Ngesti Pandowo, pentas tersebut juga dimeriahkan dengan tampilnya sejumlah perempuan cantik dari Kota Solo. Sayang, pentas yang mendapat sambutan meriah masyarakat tersebut sempat terhenti sejenak karena hujan lebat yang mengguyur langit Semarang. Para penabuh gamelan atau wiyogo satu-persatu meninggalkan lokasi pentas, maklum, lokasi tempat mereka menabuh gamelan tidak ada atap pelindungnya. Patut untuk diacungi jempol, para seniman tersebut tetap semangat untuk melanjutkan pentas. Satu persatu perangkat gamelan dinaikkan ke panggung. Setelah semua persiapan selesai, tidak lebih dari 30 menit pentas yang juga disaksikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Ali Mufiz kembali dilanjutkan. Sekali lagi SELAMAT ULANG TAHUN NGESTI PANDOWO.
 

Copyright 2007 ID Media Inc, All Right Reserved. Crafted by Nurudin Jauhari